Senin, 02 Maret 2015

Sea Chest (kotak laut) kapal

A.            Pengertian dari Sea Chest

             Kotak laut (sea chest) adalah suatu perangkat yang berhubungan dengan air laut yang menempel pada sisi dalam dari pelat kulit kapal yang berada di bawah permukaan air dipergunakan untuk mengalirkan air laut ke dalam kapal sehingga kebutuhan sistem air laut dapat dipenuhi. 

Gambar Sea Chest dan Letaknya pada Sisi Lambung dan Bagian Bawah

                    Pada kapal-kapal yang berukuran besar, menengah maupun kecil dengan sistem instalasi permesinan dari mesin induk seluruhnya terletak di dalam kamar mesin, pada badan kapal bawah air menurut peraturan dari Biro Klasifikasi harus dipasang suatu bagian konstruksi yang disebut sea chest. Karena dari sea chest inilah kebutuhan air laut dalam kapal dapat dipenuhi. 

               Antara sea chest dengan sistem-sistem yang memerlukan suplai air laut dihubungkan dengan perantaraan pipa-pipa dari bermacam-macam ukuran sesuai dengan penggunaannya. Pada pipa-pipa tersebut terdapat katup-katup yang berfungsi sebagai pembuka dan penutup aliran air laut. Katup tersebut dibuka bila sistem perlu suplai air laut dan ditutup bila sistem sudah tidak perlu lagi. Misalnya mesin induk dimatikan saat kapal sandar di pelabuhan, maka katup air laut yang menuju ke mesin induk ditutup, tetapi karena kapal masih memerlukan suplai arus listrik untuk bongkar muat dari mesin bantu, maka katup air laut yang menuju mesin bantu tetap dibuka. Dengan kata lain bahwa pembukaan dan penutupan katup pada pipa-pipa perantara tersebut dilakukan sesuai dengan kebutuhan kapal dalam eksploitasinya, dan diharapkan bahwa sea chest mampu menyediakan air laut yang dibutuhkan oleh kapal untuk suplai sistem air laut dari kapal diam sampai kapal bergerak dan beroperasi.

Gambar 02. Diagram Sistem Air Laut

Keterangan :

                          1.   Katup Kingstone                                 11. Pipa Utama
                          2.   Pompa Centrifugal                              12. Reduction Valve
                          3.   Pompa Tangan                                    13. Stop Valve
                          4.   Pipa Utama                                         14. Service Connection
                          5.   Tangki Dinas                                       15. Stop Valve
                          6.   Pipa Pembagi                                      16. Hose
                          7.   Tempat-Tempat Penggunaan              17. Pancuran
                          8.   Pipa Limpah                                        18. Pipa Air Cuci
                          9.   Katup Test                                          19. Pipa Udara
                         10. Fire Main                                             20. Heating Coil



B.   Fungsi Sea Chest

               Kinerja dari sistem air laut dalam kapal bergantung dari suplai air laut yang dihisap oleh sea chest, jadi sistem air laut dapat beroperasi secara penuh apabila sea chest mampu menghisap air laut sesuai dengan kebutuhannya. Sistem air laut dalam kapal dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut.

1.          Sistem Pendingin Mesin Induk dan Mesin Bantu

Mesin induk adalah instalasi mesin dalam kapal yang dipergunakan untuk menggerakkan / memutar poros baling-baling sehingga kapal dapat bergerak, sedangkan mesin bantu adalah motor yang dipergunakan untuk menggerakkan generator listrik sehingga menghasilkan arus listrik yang kemudian digunakan untuk pesawat-pesawat yang memerlukan tenaga tersebut. Misalnya pompa-pompa pada sistem pipa, kompresor, separator, mesin-mesin geladak, sistem penerangan, pesawat komunikasi, pesawat navigasi dan lain-lain.
Sistem pendingin bertujuan untuk menjaga agar temperatur mesin tetap berada pada batas yang diperbolehkan sesuai dengan kekuatan material, karena kekuatan material akan menurun sejalan dengan naiknya temperatur (overheating)
Air adalah bahan pendingin yang sangat baik, karena dapat mengambil 1 kkal pada tiap-tiap kg dan tiap-tiap derajat Celcius, sedangkan volume 1 kg air hanya 1 dm3 (1 liter).
Pada kapal dengan penggerak motor bakar dengan pendingin air, air pendingin dialirkan melalui dan menyelubungi dinding silinder, kepala silinder serta bagian-bagian lain yang perlu didinginkan. Air pendingin akan menyerap kalor dari semua bagian tersebut, kemudian mengalir meninggalkan blok mesin menuju radiator atau alat pendingin yang menurunkan kembali temperaturnya.
Sistem pendingin air pada mesin induk maupun mesin bantu dalam kapal dikenal ada 2 macam yaitu :

·             Sistem pendingin terbuka (direct cooling system) 
adalah sistem pendingin motor bakar pada kapal dimana air laut dipakai langsung untuk mendinginkan silinder motor bakar dan komponen lainnya setelah itu dibuang kembali ke laut. Hal ini cocok untuk motor-motor kapal kecil, dimana pompa pendingin mengisap air laut dari luar kapal dan memompakan air laut tersebut keluar kapal setelah mendinginkan mesin, cara ini disebut pendinginan terbuka karena selalu air laut yang beredar.

·         Sistem pendingin tertutup (indirect cooling system) 
adalah sistem pendingin motor di kapal dimana silinder motor bakar dan komponen lainnya didinginkan dengan air tawar dan kemudian air tawar tersebut didinginkan oleh air laut dan selanjutnya air tawar tersebut dipakai kembali untuk mendinginkan motor, jadi yang selalu bergantian adalah air laut, sedangkan air tawar selalu beredar tetap, demikian daur ini berjalan terus.

Pendingin air tawar (fresh water cooler) yaitu alat pemindah panas berbentuk bejana yang dipergunakan untuk mendinginkan air tawar pendingin motor penggerak utama dan motor bantu kapal dengan mengalirkan air laut ke dalam bejana tersebut. Pada motor-motor ukuran besar lebih cenderung menggunakan sistem pendingin tertutup. 
Hal ini dengan suatu alasan bahwa untuk pendinginan di bawah temperatur 60o C bagi motor-motor yang bertenaga besar lebih sulit. Sedangkan air laut pada temperatur yang tinggi akan menyebabkan endapan-endapan pada tempat yang didinginkan, yang akibatnya bisa mengganggu proses pendinginan. Sedangkan untuk motor-motor yang baru yang menggunakan pendingin air tawar, masih ada yang diijinkan untuk temperatur air pendingin mencapai diatas 80o C .

          2.      Sistem Ballast

Pada kapal-kapal laut bila kapal sedang bongkar-muat barang atau penumpang, kapal akan mengalami kemiringan atau trim, maka dipergunakan lah sistem ballast. Pada kapal dalam keadaan trim ke depan, agar propeller bisa bekerja dengan baik dalam arti propeller tetap didalam air biasanya dipergunakan ballast air. Pada kapal barang dan kapal penumpang ballast air bisa mencapai 20 % sampai 30 % dari displacement kapal. Dan untuk tanker dalam keadaan kosong muatan, pemberian ballast dapat mencapai 50 % atau lebih dari displacement kapal.
Sistem ballast untuk dapat melakukan tugasnya dilengkapi dengan pipa-pipa, katup, pompa-pompa dan peralatan lainnya. Fungsi pompa ballast untuk mengalirkan air dan mengosongkan air atau mengisi tangki ballast. Pompa tersebut juga untuk mengambil air ballast dari lubang pengisapan atau sea chest, mengisi tangki-tangki ballast, fore peak dan after peak tank atau sebaliknya.

Sistem ballast berguna untuk mengatur posisi kapal baik trim maupun oleng ataupun even keel. Untuk itu ballast ditempatkan di dalam buritan, haluan,  tangki-tangki dasar ganda, tangki tegak dan tangki samping. Ballast yang diletakkan di haluan maupun buritan berguna untuk mengubah trim dari kapal.
Tangki ballast dasar ganda dan tangki tegak diisi dengan air ballast untuk memperoleh sarat yang tepat dan untuk menghilangkan keolengan. Tangki ballast samping berguna terutama untuk meniadakan keolengan. Semua pengaturan air ballast ini diatur dengan sistem sentralisasi.
Ballast tank diisi dan dikosongkan melalui pipa yang sama sehingga katup-katup penutup (stop sea chests) dipasang pada sistem ini . Sistem sentralisasi ini memungkinkan tangki ballast untuk di isi dan dikosongkan dan air ballast dipindahkan dari tangki ke tangki melalui pompa ballast.
Air laut di pompa ke dalam sistem ballast melalui katup kingstone yang dipasang pada pipa saluran air laut pada sea chest kapal.

Gambar Diagram Sistem Ballast

          3.          Sistem Pemadam Kebakaran

Kebakaran pada kapal adalah suatu hal yang harus dihindari, karena kita tahu kebakaran di kapal dapat menyebabkan hal yang fatal, baik bagi keselamatan pelayaran maupun keselamatn anak buah kapal.
Usaha-usaha untuk memadamkan kebakaran dapat digolongkan sebagai berikut :
·         Pencegahan yang bertujuan mencegah terjadinya kebakaran
·         Usaha-usaha aktif yang bertujuan memadamkan api.

Berbagai usaha pencegahan kebakaran, sudah dipikirkan pada waktu kapal direncanakan, termasuk susunan dan penempatan peralatannya yang sudah ditentukan oleh Biro Klasifikasi.

Pemadam api secara aktif yaitu pemadaman api secara langsung dengan memakai peralatan pemadam kebakaran dan sistem pipa pemadam kebakaran. Sistem pipa ini juga dihubungkan dengan sea chest sebagai lubang pengisapan air laut. Yang termasuk peralatan pemadam kebakaran adalah pengumpil, pengait, kapak api, goni, pasir, alat pemadam api tangan dan lain-lain.
Tujuan dari sistem pemadam kebakaran di kapal adalah untuk mencegah timbulnya kebakaran, karena air laut tersedia banyak dan hasilnya cukup memuaskan, oleh karena itu air merupakan alat pemadam kebakaran utama di kapal. Sistem ini dipakai untuk memadamkan kebakaran di kapal, kecuali yang terbakar adalah batu bara, minyak atau peralatan listrik.
Sistem yang dipakai adalah sistem pemadaman sentral dan dengan melalui pipa tembaga atau pipa yang di galvanis dengan diameter 50 sampai 100 mm disalurkan ke tempat yang ditentukan. 
Gambar Diagram Sistem Pemadam Kebakaran

C.              Kelengkapan Sea Chest
               
                Sea chest adalah berupa kotak yang menampung air laut terbuat dari baja, padanya dipasang beberapa pipa-pipa untuk mengalirkan air laut, pipa peniup udara, pipa pembuangan udara dan lain-lain, sehingga sea chest dapat bekerja sesuai dengan tujuannya. 
                 Agar dapat melaksanakan penghisapan air laut dengan baik, maka antara sea chest dengan sistem-sistem yang memerlukan suplai air laut dihubungkan dengan pipa-pipa, pompa-pompa, katup-katup, katup pengaman untuk yang bertekanan tinggi dan peralatan lainnya sehingga dapat mensuplai air laut sesuai dengan yang dibutuhkan oleh sistem air laut dalam kapal.
          Untuk merencanakan bermacam-macam kelengkapan dari sistem sea chest diharuskan mengacu pada peraturan Biro Klasifikasi, dan selanjutnya kelengkapan dari sistem sea chest secara garis besar adalah sebagai berikut.

         1.          Pelat Dinding Sea Chest
Sea chest adalah berupa kotak yang menampung air laut terbuat dari baja, padanya dipasang beberapa pipa-pipa untuk mengalirkan air laut, pipa peniup udara, pipa pembuangan udara dan lain-lain, sehingga sea chest dapat bekerja sesuai dengan tujuannya. 
Oleh karena sea chest letaknya di sekitar kamar mesin, dan pada dinding sea chest harus dipasang pipa-pipa hisap untuk mesin induk dan mesin bantu serta pipa-pipa yang lainnya, serta timbulnya getaran dari mesin induk maupun mesin bantu, maka antara dinding sea chest dengan flens sebagai penghubungnya dapat dimungkinkan terjadi kerenggangan pada baut-bautnya dan mungkin juga akan terjadi keretakan pada sambungan lasnya. 
Dari beberapa pertimbangan teknis tersebut, Biro Klasifikasi Indonesia 2001 membeikan batansan bahwa ukuran ketebalan dinding atau pelat sea chest tidak boleh kurang dari :

T = (12 x a √P. k) + tk
Keterangan :
P : tekanan semprot pada katup pengaman minimal 2 bar
a : jarak antara penegar kotak laut
k : faktor bahan = 1,0
tk : faktor korosi
tk : 1,5 mm, untuk t’ ≤ 10 mm
tk : 0,1 . t’ + 0,5 mm, maksimum 3,00 mm untuk t’ ≥ 10 mm.

Dari batasan diatas dapat disimpulkan bahwa ukuran ketebalan pelat dinding sea chest minimum = 11,682 mm.
Dalam usaha untuk memperpanjang umur pelat dinding sea chest, biasanya pada dinding yang bersentuhan dengan air laut dipasang Zink Anode Protection (ZAP) secukupnya, dimana fungsinya sama dengan pemasangan zink  anode pada lambung kapal yang bertujuan untuk menghambat proses korosi. Zink anode adalah berupa batang logam seng yang ditempelkan pada pelat kulit kapal pada tempat-tempat tertentu yaitu dekat baling-baling, sea chest, dan kelengkapan di bawah air lainnya yang terbuat dari bahan kuningan atau perunggu untuk melindunginya terhadap korosi karena aksi galbani. Batang tersebut lama kelamaan akan habis dan harus diganti setiap jangka waktu tertentu.
Mengingat tingkat kesulitan yang cukup tinggi, baik ditinjau dari segi tempat maupun dari segi teknis konstruksi yang terlalu banyak kaitannya dengan perpipaan dari berbagai sistem yang berada di kamar mesin, maka pemeliharaan sea chest merupakan hal yang penting saat kapal menjalani docking.

2.          Pipa Hisap Mesin Induk
Kebutuhan air pendingin untuk mesin induk yang diambil melalui pipa hisap ini, yang dihisap oleh pompa hisap khusus yang biasanya menyatu dengan mesin induk. Pipa hisap ini harus mempunyai diameter yang cukup, agar debit air untuk kebutuhan pendinginan mesin induk tercukupi. Apabila suplai air pendingin berkurang akan mengakibatkan temperatur mesin induk menjadi panas dan apabila berkelanjutan akan berakibat kerusakan yang fatal. Maka untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut diupayakan agar suplai air pendingin tidak terganggu debitnya dalam keadaan apapun. Biasanya antara sea chest bawah dan sea chest samping saling berhubungan, sehingga apabila salah satu sea chest mengalami gangguan suplai airnya, maka sea chest yang lain dapat mengatasinya.
Pada pipa hisap mesin induk dipasang beberapa kran (sea valve) yang berfungsi sebagai penutup atau pembuka air pendingin air laut ke mesin induk. Diantara sea chest-sea chest tersebut dipasang filter dan dilengkapi dengan strainer sebagai tempat pengumpul kotoran-kotoran yang ikut air laut.


3.          Pipa Hisap Mesin Bantu
Pada prinsipnya penggunaan pipa hisap untuk mesin bantu adalah sama dengan pipa hisap pada mesin induk, dilengkapi dengan sea chest dan ukuran pipa disesuaikan dengan debit pompa yang dipasang pada mesin bantu, juga dilengkapi dengan filter dan strainer.
Jumlah mesin bantu dalam kapal tergantung dari besar kecilnya kebutuhan suplai arus listrik dan jenis penggunaannya.
Bila jumlah mesin bantu lebih dari satu, maka saluran pipa isap selalu dihubungkan secara paralel antar masing-masing mesin bantu dan juga hubungan saluran pipa antar sea chest. Hal ini dimaksudkan agar dapat saling menunjang antar jaringan, apabila salah satu sistemnya mengalami kesulitan dalam suplai air pendingin.

4.          Pipa Hisap Pompa Pemadam Kebakaran
Untuk kapal-kapal tertentu atau kapal khusus, biasanya diperlukan satu sea chest tersendiri yang khusus melayani suplai untuk pompa pemadam kebakaran. Hal ini dimaksudkan agar debit pompa yang diperlukan untuk pemadam kebakaran tidak mengalami gangguan apapun dari sistem kerja pipa-pipa yang lain bila sedang bertugas dalam memadamkan kebakaran, karena memadamkan kebakaran adalah suatu pekerjaan yang sifatnya emergency. Diameter pipa disesuaikan dengan kapasitas atau debit pompa pemadam kebakarannya.


5.          Pipa Hisap Pompa Dinas Umum
Pada setiap kapal biasanya selalu terpasang sebuah pompa dinas umum (general service pump). Pipa-pipa yang melayani pompa dinas umum biasanya banyak sekali cabang-cabangnya yang disesuaikan dengan kebutuhan yang antara lain pipa-pipa untuk pemadam kebakaran, ballast, bilga, cuci deck, lensa dan sebagainya. Ukuran pipa disesuaikan dengan kapasitas pompa. Karena banyaknya cabang pipa, masing-masing itu dihubungkan dengan flens yang diberi packing dan di ikat dengan mur baut.

6.          Pipa Peniup Udara
Pipa ini menghubungkan antara sea chest dengan kompresor atau tabung udara bertekanan, yang digunakan untuk meniupkan udara ke kotak sea chest, apabila saringan sea chest kotor atau tersumbat oleh kotoran-kotoran yang mengakibatkan suplai air laut keseluruh sistem tidak lancar sehingga mengurangi debit air yang dibutuhkan. Untuk meniup udara diatur oleh satu valve yang dapat dioperasikan secara manual atau otomatis yang dapat dikendalikan dari ruang kemudi.

7.          Pipa Pembuangan Udara
Dengan adanya udara yang terjebak dalam kotak sea chest, yang mungkin berasal dari gelembung-gelembung udara dari haluan yang menyusur dasar kapal dan terjebak di sea chest, atau kapal sedang oleng atau miring sehingga udara masuk ke sea chest, dari putaran baling-baling saat kapal mundur atau udara dari sisa tiupan udara kompresor, apabila udara dalam sea chest ini dibiarkan akan merugikan seluruh sistem, terutama pada sistem pendingin mesin. Karena air pendingin yang dihisap tidak sepenuhnya berupa air laut, tapi bercampur dengan gelembung-gelembung udara, sehingga dapat menyebabkan mesin menjadi panas. Dapat pula berakibat buruk pada pompa-pompa yang menghisap air dari sea chest tersebut, karena air yang dihisap tidak penuh dan banyak mengandung udara sehingga rendemen pompa menjadi turun. Untuk membuang udara dibuka satu valve dan ditutup kembali bila udara dalam sea chest telah habis.

8.          Pipa-Pipa By Pass
Pipa by pass dipergunakan untuk saling menghubungkan antara sea chest yang satu dengan sea chest yang lain, dengan tujuan dapat membantu suplai air laut ke tempat tertentu dari satu sistem, bila salah satu sistem mengalami kesulitan atau hambatan dalam suplai air laut.
Diameter pipa by pass biasanya cukup besar, sebab harus dapat mengganti menyalurkan air laut sebanyak jumlah pipa isap dalam sea chest tersebut. Atau digunakan saat pemindahan penggunaan saat kapal berlayar dari perairan dalam masuk ke perairan yang dangkal, sehingga harus menggunakan sea chest samping.

9.          Strainer
Strainer adalah suatu alat berbentuk kotak atau silinder yang biasanya dipasang pada pipa ke mesin induk, pipa ke mesin bantu atau pada pipa by pass. Alat ini berfungsi sebagai jebakan kotoran dari laut, dalam strainer tersebut dipasang filter. Kotoran tersebut bila tidak tersaring dan diendapkan pada strainer akan masuk kedalam sistem air laut dalam kamar mesin dan lain-lain. Pada periode waktu tertentu strainer harus dibuka untuk dibersihkan bersama dengan filternya. Penampang strainer kurang lebih 1,5 sampai dengan 2 kali penampang pipanya.

10.          Sea Grating
Sea Grating adalah saringan atau kisi-kisi yang dipasang pada sea chest untuk mencegah masuknya benda-benda yang tidak dikehendaki dari laut ke dalam sistem pipa dalam kapal.

            Gambar Sea Grating

Jadi fungsi Sea Grating adalah menyaring air laut sebelum masuk kedalam kotak sea chest, yang merupakan saringan awal sebelum air laut masuk sistem melewati strainer dan filternya.
Sea Grating ini di ikat menggunakan baut yang tahan korosi, yang kemudian baut-baut ini antara satu dan lainnya di ikat atau dikunci dengan menggunakan kawat agar baut tidak mudah lepas.

11.          Sea Valve
        Semua sistem perpipaan dalam kamar mesin selalu dilengkapi dengan valve yang berfungsi sebagai pintu untuk membuka dan menutup aliran air laut, sebagai pengaman pula bila suatu saat aliran air harus dipompa karena kebocoran, atau karena untuk pemadam kebakaran dan lain-lain. Untuk ukuran sea chest harus disesuaikan dengan ukuran pipanya.

12.          Packing dan Baut Pengikat
             Penyambungan untuk bagian-bagian pipa yang lurus, lengkung dan lain-lain, dilakukan dengan menggunakan flens kemudian di ikat dengan menggunakan mur baut. Agar pada sambungan ini air laut tidak bocor, maka di antara flens dipasang packing. Untuk air laut biasanya digunakan packing karet.

          Mur baut pengikat biasanya digunakan mur baut baja atau dari stainless steel yang tahan korosi, sehingga mudah untuk pelaksanaan bongkar pasang dan lama pemakaiannya.

D.            Pemasangan Sea Chest

Sebagai lubang pengisapan air laut, sea chest ditempatkan berdekatan dengan kamar mesin, karena segala sistem yang memerlukan berada dalam kamar mesin. Misalnya mesin induk, mesin bantu, pompa-pompa, ketel uap, alat penyuling dan sebagainya.
Untuk mendapatkan air laut yang dapat mencukupi kebutuhan eksploitasi kapal, maka perlu dipikirkan tempatnya untuk pemasangan sea chest agar tujuan utama dari sistem air laut dapat tercapai.
Pada sebuah kapal umumnya mempunyai dua buah sea chest yang dipasang pada lambung kapal di bawah garis air di depan kamar mesin tepatnya dipasang di dasar kapal dan dipasang di samping kapal di bawah air (bilge), karena mengingat bervariasinya kedalaman perairan yang dilewati. 


Gambar Sea Chest dan Penempatannya


    Pemasangan pada dua tempat yang berbeda ini dimaksudkan agar kinerja sea chest sebagai lubang pengisapan berjalan dengan lancar. Bila kapal berlayar di laut yang dalam maka dipakai sea chest yang terletak di dasar kapal, sebab kemungkinan terjadinya kotoran, lumpur yang teraduk-aduk akibat gerakan kapal tidak akan terjadi dan pada keadaan ini sea chest samping tidak dipergunakan. Jika kapal berlayar di perairan yang dangkal dan kemungkinan terjadinya kotoran, lumpur atau pasir yang teraduk-aduk karena gerakan kapal yang mungkin dapat masuk ke lubang sea chest dasar maka sea chest samping yang dipakai sedangkan sea chest bawah ditutup.
Dalam penentuan peletakan sea chest harus dipertimbangkan bahwa sea chest masih berfungsi sebagai lubang pengisapan air laut dengan baik, walaupun kondisi kapal miring sampai 22,5o dari keadaan vertikal sea chest masih tetap bekerja dengan baik dan tidak mengisap udara.

E.      Masalah-Masalah yang Terjadi pada Sea Chest
       Sea chest terletak di bagian kapal yang tercelup di dalam air sehingga sering mengalami berbagai masalah, diantaranya.
1.          Fouling (Kerang-Kerang Laut)
Fouling (kerang-kerang laut) merupakan faktor penghambat pada sea chest. Fouling ini menempel pada badan kapal di dalam air termasuk sea chest, Fouling ini berkembang dengan cepat dan menutup sebagian dari  sea chest sehingga air laut yang disedot tidak maksimal dan terdapat kotoran-kotoran (serpihan kerang, tanaman dan pasir) yang masuk kedalam sea chest
1.                           2.     Korosi
Korosi merupakan hal yang tak terpisahkan dari kapal terutama bagian yang tercelup dalam air. Korosi menyebabkan komposisi baja menjadi rapuh, hal ini juga terjadi pada sea chest
Jika bagian saringan luar sea chest mengalami korosi  mengakibatkan kerapuhan pada baja dan terjadi patah, jika saringan patah maka kotoran-kotoran yang berukuran besar akan masuk dan menghambat sistem pemasukan air laut.
     3. Erosi pada Sea Chest (Erosion Problems)
Sea chest merupakan pintu air sehingga pada bagian ini dilewati aliran air laut yang terus menerus. Aliran yang terus menerus inilah yang menyebabkan terjadinya erosi pada sea chest. Akibat erosi ini, bahan pada sea chest mengalami penggerusan sedikit demi sedikit dan lama kelamaan menjadi tipis.

F.             Perawatan dan Reparasi pada Sea Chest
Cara perawatan dan reparasi dari sea chest adalah sebagai berikut.
1.          Sea Chest di bersihkan dengan Water Jet
Bagian ini merupakan lubang  jalannya air, sehingga banyak tumbuhan dan binatang laut yang mungkin menyangkut dalam bagian saringan sea chest tersebut. Setelah kapal masuk dock maka sea chest dibersihkan dengan water jet untuk membersihkan dari kerang-kerang yang menyangkut pada saringan.
        
2.          Penyekrapan
Setelah di water jet, saringan pada sea chest dibuka kemudian dilakukan penyekrapan untuk membersihkan kotoran,kerang maupun tumbuhan laut yang ada di dalam kotak sea chest.

3.          Pengecekan Pelat pada Sea Chest dengan Test Kerosin
Setelah dibersihkan plat sea chest dicek dengan test kerosin. Jika ada pelat yang rusak maka dilakukan penggantian.
Pelat yang ada pada sea chest juga dicheck ketebalannya. Jika ketebalannya kurang dari 11,682 mm, maka dilakukan penggantian pelat.

Perhitungan Tebal Pelat Sea Chest
Tebal pelat sea chest tidak boleh kurang dari:
T = 12 x a √P. K + tk        (Ref : 6.14. BKI Th.2006 Vol. II Sec. 8.B.5.3)
Dimana :   P = 2Mws
                 a = 0,6 m
                 tk= 1,5
Jadi :
T = 12 x 0,6 x (√2 x 1) + 1,5
    = 11,682 mm

4.          Penggantian Zinc Anode
Perlindungan dengan menggunakan Zink Anode Protection adalah perlindungan pengkaratan secara aktif,  maksudnya adalah menggunakan proses kimiawi dimana lambung kapal sebagai katodanya, anodanya merupakan lempengan logam non ferro sedangkan air laut adalah elektrolit, sehingga jika berlayar terjadi aliran arus listrik dimana ion-ion logam akan tertarik dan menempel pada pelat kapal sehingga proses pengkaratan terhambat.
Di sekitar sea chest harus dipasang zink anode dengan mutu yang memenuhi dan jumlah yang dapat bekerja aktif  sebagai pelindung kotodik selama sekurang-kurangnya 24 bulan (2 tahun). Current density yang digunakan adalah 65mA/m. Total zink anode yang dipakaikan pada sea chest adalah 6 buah.
Gambar  Zink Anode Protection

          5. Pengecatan
Pengecatan badan kapal berguna untuk melindungi pelat kapal dari proses pengkaratan dan juga binatang laut. Sebelum  melakukan pengecatan, terlebih dahulu material yang akan dicat harus bersih dari kotoran-kotoran minyak maupun sisa-sisa cat dan debu. Proses pembersihan dari kotoran tersebut harus benar-benar bersih. Pelaksanaan pengecatan dapat dilakukan dengan menggunakan roll kuas ataupun menggunakan semprot.
Pengecatan disesuaikan dengan susunan cat primer dari kapal, menggunakan cat dasar, cat Anti Corrosion  (AC) dan cat Anti Fouling (AF).  Cat AC berguna untuk melindungi dari pengakaratan, sedangkan cat AF berguna untuk pencegahan menempelnya hewan dan tumbuhan laut.

Selasa, 24 Februari 2015

Pembuatan dan pemasangan interior pada kapal

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses mendesain interior pada kapal bangunan baru cukup mirip dengan proses mendesain interior baru dalam suatu bangunan lama. Meskipun ada kesamaan dalam prosesnya, desain bangunan baru melibatkan beberapa pertimbangan yang kompleks dan bukan merupakan bagian dari proses perencanaan interior. Beberapa pertimbangan tersebut adalah, elemen bangunan, bentuk interior, penempatan sistem kontrol lingkungan, di mana membutuhkan keahlian yang tidak berkaitan dengan keahlian tipikal perencanaan ruang interior.

Perencanaan ruang interior yang sempurna hanya bisa di dapatkan dengan perhatian terhadap detail, baik dalam pengembangan program maupun proses perencanaan fisik itu sendiri. Karena tugas mendesain suatu bangunan menjadi semakin kompleks.

Dalam pembangunan suatu interior pada kapal harus di tinjau dan di sesuaikan menurut kondisi dari kapal tersebut yaitu berdasarkan : 
1. Kapal menurut bahannya
2. Kapal menurut alat penggeraknya
3. Kapal berdasarkan mesin penggerak utamanya
4. Kapal berdasarkan fungsi dan kegunaannya

Kapal Penumpang (passenger ship) adalah kapal yang khusus mengangkut penumpang. Kapal penumpang ada yang besar dan ada yang kecil. Kapal penumpang kecil kebanyakan digunakan untuk pesiar antar pulau yang tak begitu jauh menyusuri pantai atau sungai yang menghubungkan antar kota sebagai komunikasi transportasi atau sebagai angkutan para pekerja offshore.
Kapal penumpang besar biasanya dipakai untuk pelayaran antar pulau yang jauh atau antar benua untuk tourist dan lain-lain dan di lengkapi fasilitas mewah. Selain itu kapal penumpang dilengkapi dengan alat keselamatan pelayaran yang lebih lengkap, dibandingkan dengan kapal-kapal lainnya misalnya sekoci penolong, baju penolong dan perlengkapan keselamatan lainnya. Semua kapal penumpang kecuali kapal penumpang cepat biasanya selalu membawa sedikit muatan barang.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penulis akan mengajukan rumusan masalah sebagai berikut yaitu:
1. Bagaimana pembangunan kapal di PT. Kim Seah Shipyard Indonesia?
2. Apakah yang di maksut dengan kapal flex 38 buatan PT. Kim Seah Shipyard Indonesia?
3. Apakah yang di maksut dengan perencanaan ruang interior kapal?
4. Bagaimana tahap - tahap pembangunan ruang interior kapal pada kapal flex 38?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui bagaimana pembangunan kapal di PT. Kim Seah Shipyard Indonesia.
2. Mengetahui apa yang di maksut dengan kapal flex 38 buatan PT. Kim Seah Shipyard Indonesia.
3. Mengetahui apa yang di maksut dengan perencanaan ruang interior kapal.
4. Mengetahui tahap – tahap pembangunan ruang interior pada kapal flex 38.

BAB II
LANDASAN TEORI

- Pembangunan Interior Kapal

Di dalam pembangunan interior kapal haruslah memperhatikan penentuan pembagian ruangan – ruangan utama di dalam kapal, di karenakan hal tersebut sangatlah mempengaruhi lancarnya pelaksanaan dan penyelesaian dari aktifitas suatu pelayaran kapal tersebut. Penentuan pembagian ruangan tersebut antara lain adalah :

1. Ruangan muatan, 
2. Ruangan mesin, 
3. Ruang akomodasi anak buah kapal
4. Ruangan navigasi, 
5. Ruangan lain lain

Tujuan penentuan pembagian ruangan tersebut adalah di karenakan ruangan yang berada di dalam kapal terbatas/ kecil dan terkadang dengan bentuk yang tidak tentu seperti melengkung dan lain-lain, dalam situasi tertentu ruangan yang sempit atau terbatas tersebut dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan sebagai tempat tinggal, tempat bekerja dan istirahat dari kru atau penumpang kapal selama dalam pelayaran yang terkadang tidak hanya membutuhkan waktu yang sebentar bahkan bisa berbulan bulan tinggal di dalam kapal. Oleh karena itu  sebuah interior suatu ruangan di kapal harus lah dapat memenuhi tuntutan tersebut diatas.

Dalam pembangunan suatu interior kapal itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain :
1. Jumlah dan tipe dari perlengkapan dan peralatan galangan pendukung pembuatan interior serta kapasitasnya.
2. Jumlah ukuran serta tipe kapal yang akan dibangun.
3. Bagian kelistrikan dan bagian interior kapal.
4. Kemampuan tenaga kerja bagian interior kapal

BAB III
METODE PENULISAN

Metode penulisan yang di pakai untuk menyusun makalah ini adalah sebagai berikut:
Pengumpulan Data
a. Tinjauan langsung (survey atau observation langsung), menitik-beratkan peninjauan langsung apa yang ada di lapangan, yaitu dengan melihat langsung apa yang dikerjakan para pekerja, misalnya seperti pembangunan interior kapal, pengetesan hasil kualitas las dan lain-lain
b. Wawancara, dilakukan dengan mengadakan diskusi atau tanya jawab dengan pihak galangan atau pihak lain yang berkompeten terhadap masalah tersebut.
c. Metode kepustakaan (literature), pengumpulan data yang dibutuhkan dengan cara membaca literature baik di dalam materi perkuliahan, perpustakaan maupun dalam wacana di internet ataupun berbagai macam  media lainnya yang memiliki hubungan dengan judul makalah yang dibuat penulis.
2. Pemilihan Data yang Sudah Didapat, yaitu dengan memilah-milih data mana yang relevan dengan makalah yang akan ditulis
3. Penulisan Makalah
a. Pengetikan, yaitu penulisan makalah dengan memakai Microsoft Word 2010 yang telah tersedia pada laptop / komputer.
b. Pengeditan, yaitu memperbaiki makalah sebelum dicetak misalnya : kesalahan kata, kesalahan penulisan gelar, kesalahan penulisan daftar pustaka dan sebagainya
4. Mencetak Makalah

BAB IV
PEMBAHASAN

Pembangunan Kapal di PT. Kim Seah Shipyard Indonesia

PT. Kim Seah Shipyard Indonesia yang terletak di Jalan Kawasan Industri sekupang no.61 Kelurahan Tg. Riau no 61. Batam ini mempunyai department – department yang membantu dalam proses produksi pembangunan sebuah kapal baik dari segi kualitas produk maupun dalam proses pembuatannya. PT. Kim Seah Shipyard Indonesia rata-rata memproduksi kapal berjenis crew boat, dengan tipe flex 38, flex 38 S, flex 38 SL. Kapal crew boat yang di produksi oleh PT. Kim Seah Shipyard Indonesia berbahan dasar alumunium dengan spesifikasi material 5083 grade H 321 / H 116. Kapal flex yang di produksi berjenis allumunium vessel atau high speed craft, yaitu kapal yang mengandalkan kecepatan (speed) di dalam pelayarannya berfungsi untuk mengangkut para karyawan atau pekerja off shore (lepas pantai).
Bahan material yang di gunakan untuk pembangunan kapal flex 38 berbahan alumunium dan di datangkan dari Penguin Singapore (Penguin Shipyard International).
Galangan kapal yang berada di Singapore spesialis pada pembuatan kapal yang berbahan dasar Alumunium, dan galangan yang berada di Batam, Indonesia fokus kepada keduanya yaitu pembuatan kapal alumunium dan pembuatan kapal yang berbahan steel atau baja.
Bahan material alumunium di gunakan untuk pembangunan kapal crew boat ini karena lebih ringan dan kapal crew boat termasuk kapal cepat jadi bisa menghasilkan paduan yang memberikan nilai lebih. Alumunium juga bersifat lebih tahan korosi yang tentunya bisa mengurangi biaya perawatan.
PT. Kim Seah Shipyard Indonesia bertindak sebagai kontraktor dan pada proses pembuatan kapal terdapat 10 subcont yang membantu proses pembuatan kapal baru sesuai dengan tugasnya masing-masing yaitu : PT. Vista Maritim Indonesia, PT. Alusteel Engineering Indonesia, PT. Wing Yong, PT. Zheng Guang Fa, PT. Sriwijaya Teknindo, PT. Fortuner CSJ, PT. LBS, PT. Maritime Makmur Sejati, PT. Sim Metal, PT. Pai Lian.
Semua subcont tersebut memiliki tugas masing-masing dalam pembangunan kapal flex 38 yang kira - kira dalam proses pembuatannya memakan waktu kurang lebih sekitar 6 bulan.

Tentang Kapal Flex 38

Kapal Flex 38 adalah kapal berjenis Flex crew boat berbahan dasar alumunium buatan PT. Kim Seah Shipyard Indonesia berfungsi untuk kapal penyedia jasa angkutan para pekerja offshore dengan kapasitas angkut 90 orang pekerja offshore dengan spesifikasi material 5083 grade H 321 atau H 116 (marine grade). Bahan material alumunium di gunakan untuk pembangunan kapal crew boat ini karena lebih ringan dan kapal crew boat termasuk kapal cepat jadi bisa menghasilkan paduan yang memberikan nilai lebih dalam hal kecepatan. Alumunium juga bersifat lebih tahan korosi yang tentunya bisa mengurangi biaya perawatan.

Perencanaan Ruang Interior Kapal

Dalam merencanakan interior kapal pada dasarnya sama dengan merencanakan interior pada bangunan–bangunan darat lainya. Hal yang membedakan adalah lingkungan, dimana kapal beroperasi di daerah yang korosif, adanya gaya-gaya luar yang bekerja seperti ombak yang besar, badai dan gangguan dari dari lingkungan lainnya. 
Selain itu salah satu  yang membedakan adalah bentuk ruangan yang khas dengan bentuk kapal, ruangan yang terbatas/ kecil dan terkadang dengan bentuk yang tidak tentu seperti melengkung dan lain sebagainya. Sedangkan dalam situasi tertentu ruangan yang sempit atau terbatas dituntut dapat memenuhi kebutuhan sebagai tempat tinggal, tempat bekerja dan istirahat dari krew atau penumpang kapal selama dalam pelayaran yang terkadang tidak hanya membutuhkan waktu yang sebentar bahkan bisa berbulan bulan tinggal di dalam kapal. Oleh karena itu  sebuah interior suatu ruangan di kapal harus lah dapat memenuhi tuntutan tersebut diatas. 
Pada kapal-kapal dagang seperti general kargo, tanker, kontainer desain interior hampir sama, dapat dikatakan tidak ada perbedaan karena pada kapal tersebut yang paling utama adalah ruang muat yang semaksimal mungkin. Manusia yang tinggal hanyalah krew kapal yang mengoperasikan kapal dengan tujuan perdagangan yang tujuan akhir adalah keuntungan yang sebesar besarnya. Lain halnya pada kapal kapal penumpang terlebih pada kapal pesiar, desain interior sangatlah diutamakan, hal tersebut berkaitan dengan tujuan utamanya adalah kepuasan pelanggan / penumpang. Sehingga bentuk ruangan dan interior di dalamnya nya pun bisa menciptakan kenyamanan untuk para penumpangnya sehingga dapat kembali menggunakan kapal tersebut.

            Bentuk dasar ruangan yang di kapal secara umum mengikuti lengkungan/ bentuk dari kapal tersebut. Jumlah dan macam ruangan untuk kapal dagang / merchant ships biasanya disesuaikan kebutuhan seperti :

Pembagian ruangan – ruangan utama ( main – spaces ) yakni : 
-       Ruangan Muatan.
-       Ruangan mesin.
-       Ruangan akomodasi anak buah kapal dan penumpang.

1. Mess room ( ruang makan )
2. Sleeping room ( ruang tidur anak buah kapal )
3. Washing accommodation ( ruang untuk mencuci )
4. Hospital / clinic ( klinik kesehatan di kapal )
        5. Galley / provision store ( dapur dan tempat penyimpanan bahan makanan )

-       Ruangan Navigasi.
-       Ruangan lain lain :
Menentukan lokasi dari ruangan untuk Emergency Source of Electrical Power.
Menentukan lokasi dari CO2 room.
Menentukan ruangan – ruangan berikut : Lamp store, paint store, rope store, electrical store, boatswain store etc.

1. Tahap Pembangunan Interior Pada Kapal Flex 38

Dalam membangun interior dari pembuatan sebuah kapal flex 38, memiliki beberapa tahapan-tahapan yang prosesnya harus detail dan butuh kerjasama antar pihak bagian yang mengerjakan dari masing-masing subcont karena tujuan dari pembuatan kapal crew boat adalah untuk akomodasi penumpang menjadikan bagian interior adalah bagian yang terpenting dalam pembuatan kapal crew boat ini. Tahapan-tahapan tersebut adalah :

A. Perencanaan bentuk dasar ruangan di kapal termasuk dengan rencana umum (general arrangement).

Bentuk dasar ruangan yang dikapal secara umum mengikuti lengkungan / bentuk dari kapal tersebut. Jumlah dan macam ruangan untuk kapal dagang/ merchant ships biasanya disesuaikan kebutuhan seperti :
Pembagian ruangan – ruangan utama ( main – spaces ) yakni :
-       Ruangan Muatan.
-       Ruangan mesin.
-       Ruangan akomodasi anak buah kapal dan penumpang.
Mess room ( ruang makan )
Sleeping room ( ruang tidur anak buah kapal )
Washing accommodation ( ruang untuk mencuci )
Hospital / clinic ( klinik kesehatan di kapal )
Galley / provision store ( dapur dan tempat penyimpanan bahan makanan )
-       Ruang navigasi.
-       Ruangan lain lain :
Menentukan lokasi dari ruangan untuk Emergency Source of Electrical Power.
Menentukan lokasi dari CO2 room.
Menentukan ruangan – ruangan berikut : Lamp store, paint store, rope store, electrical store, boatswain store etc.
            Ruangan akomodasi anak buah kapal (ABK) merupakan ruangan dimana dalam ruangan tempat anak buah kapal istirahat, mengerjakan tugas dan aktivitas lainya. sehigga dalam menentukan letak, jumlah, jenis, kapasitas, dan ukuran  dari ruangan – ruangan berikut ( termasuk perlengkapan didalamnya ) berdasarkan tingkatan dan jumlah anak buah kapal dan penumpang dengan memperhatikan super structure dan deck – house yang tersedia.
-       Sleeping room (ruang tidur)
-       Mess room ( dining room ) / ruang makan / ruang santai.
-       Washing accommodation.(ruang cuci)
-       Hospital (klinik / rumah sakit di kapal)
-       Galley dan provision store. (dapur dan ruang penyimpan makanan)
-       Acces (jalan), ladder (tangga) dan stairs dalam hubungannya dengan means of escape (jalan menyelamatkan diri saat terjadi kecelakaan / kebakaran ) sesuai konvensi SOLAS 1960 /1974.

a. Ruangan Muatan : ( cargo spaces ).

Menentukan kebutuhan volume ruang muatan berdasarkan jenis, jumlah dan specific volume dari muatan yang akan diangkut.
Menentukan panjang ruang muatan dan letak ruangan muatan kapal.
Menentukan jumlah dan letak dari transverse watertight bulkhead berdasarkan perhitungan flodable length ( watertight subdivision ) dengan memperhitungkan rules klasifikasi mengenai hal ini, termasuk ketentuan mengenai collision bulkhead ( Forepeak bulkhead ) dan after peak bulkhead ( stuffing box bulkhead ).
Menentukan tinggi double bottom berdasarkan peraturan klasifikasi.
Menentukan frame – spacing berdasarkan peraturan klasifikasi.
Menentukan jumlah dan tinggi geladak dengan memperhatikan jenis dari muatan yang diangkut kapal.
Menentukan jumlah dan ukuran serta letak dari hatchways ( lubang palkah ).
Menentukan jumlah, kapasitas dan letak dari ventilator trunk.

b. Ruangan Mesin : ( Machinery spaces ).

Menentukan letak ruang mesin ( ditengah kapal, dibelakang kapal atau diantara tengah dan belakang kapal ) dengan mempertimbangkan jenis muatan, volume ruang muatan, ballast dan trim dan lain – lain.
Menentukan kebutuhan volume ruangan mesin dan panjang ruang mesin dengan memperhatikan ukuran mesin induk dan layout kamar mesin.
Menentukan ukuran mesin induk berdasarkan jenis, jumlah tenaga dan putaran mesin.
Menentukan secara garis besar lay – out dari kamar mesin ( letak mesin induk, mesin – mesin bantu dan lain – lain peralatan utama ).
Menentukan tinggi pondasi mesin dengan memperhatikan tinggi double bottom dan tinggi propeller shaft ( sumbu baling – baling ).
Menentukan letak dan ukuran dari engine opening engine room skylight dan funnel ( cerobong ), dengan memperhatikan juga means of scape.
Untuk lay – out dari kamar mesin perlu juga di perhatikan settling dan service tanks

c. Ruangan akomodasi anak buah kapal dan penumpang :

Menentukan letak, jumlah, jenis, kapasitas, dan ukuran dari ruangan – ruangan berikut di bawah ( termasuk perlengkapan didalamnya ) berdasarkan tingkatan dan jumlah anak buah kapal dan penumpang dengan memperhatikan super structure dan deck – house yang tersedia.
Sleeping room.
Mess room ( dining room ).
Washing accommodation.
Hospital.
Galley dan provision store.
Akses ( jalan ), ladder dan stairs dalam hubungannya dengan means of escape sesuai konvensi SOLAS 1960 / 1974.

d. Ruangan navigasi :

menentukan letak dan luas dari ruangan navigasi yang meliputi :
Wheel house.
Chart room.
Radio room.
Dalam hubungan dengan navigasi perlu diperhatikan letak, jenis dan jumlah dari lampu navigasi yang dibutuhkan.

e. Tangki – tangki :

Menentukan letak dan volume dari tangki – tangki ( yang merupakan bagian dari badan kapal ) berikut ini :
Tangki ballast.
Tangki air tawar, yang didasarkan atas jumlah anak buah kapal dan penumpang dan radius pelayaran.
Tangki bahan bakar, yang didasarkan atas fuel consumption dan besarnya tenaga mesin serta radius pelayaran kapal. Pada umumnya dibedakan antara jenis bahan bakar H.V.F ( Heavy Viscousity Fuel ) dan diesel oil.
Tangki minyak pelumas yang didasarkan atas kebutuhan minyak pelumas.
Tangki muatan cair ( deep – tanks untuk palm oil, latex, glyserine dan lain–lain ).

f. Ruangan – ruangan lain :

Steering gear compartment, menentukan letak dan ukuran ruangan jenis, kapasitas dan ukuran steering gear yang dipakai yang didasarkan atas momen torsi dari kemudi ( yang tergantung dari luas kemudi displacement dan kecepatan kapal ). Juga dengan memperhatikan persyaratan SOLAS convention 1969 / 1974. Untuk ruangan akomodasi perlu diperhatikan jenis, jumlah dan ukuran dari side scuttle ( jendela kapal = side lights ) dan ukuran dari pintu.
Menentukan lokasi dari ruangan untuk Emergency Source of Electrical Power.
Menentukan lokasi dari CO2 room.
Menentukan ruangan – ruangan berikut : Lamp store, paint store, rope store, electrical store, boatswain store etc.

B. Memasang perlindungan panas (insulation) pada ruangan interior kapal

Dalam sebuah kapal terdapat beberapa komponen yang merupakan sumber panas, seperti panas yang dikeluarkan akibat pembakaran motor penggerak utama, panas dari auxiliary engine, peralatan memasak dan permesinan bantu lainya. Panas yang dihasilkan dapat diteruskan kebagian lain melalui pancaran (radiasi) maupun rambatan (konduksi). Akibat perpindahan panas tersebut, maka ruang yang seharusnya tidak boleh terkena panas menjadi merasakan efek dari panas yang di timbulkan dari ruangan lain. Ruangan yang seharusnya nyaman tidak lagi, ruangan yang seharusnya bebas panas sama sekali karena pertimbangan keamanan menjadi tidak aman lagi dan banyak lagi akibat proses perambatan kalor tersebut.
Panas dapat merambat kebagian lain karena adanya media penyalur panas atau material yang memiliki konduktifitas termal yang bagus seperti logam yang banyak digunakan sebagai dinding dari kapal sendiri, udara disekitar sumber panas, yang meski memiliki angka konduktifitas yang kecil, tetap saja dapat menjadi media perambatan panas dengan cara radiasi.
Setelah diketahui sumber penyebab panas dan proses terjadinya rambatan panas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perambatan panas dapat dicegah dengan cara memberikan bahan pembatas / isolator agar tidak terjadi rambatan, Hal ini dapat dilakukan dengan memakai bahan penyekat yang memiliki konduktifitas termal yang kecil.
Untuk mencegah radiasi dari komponen yang memancarkan panas, seperti pada saluran gas buang dari motor bakar maka perlu diberikan isolator panas seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Pemasangan dengan cara lapisan penahan panas rock woll dililitkan menyelubungi saluran hingga tertutup rapat, langkah berikutnya memberikan tutup dengan lembaran kawat anyaman / wire mesh melingkar menutupi lapisan lembaran pertama, selanjutnya lapisan paling luar di berikan lembaran bahan tahan api biasanya terbuat dari alumunium foil. 
Pada kapal crew boat flex 38 yang di produksi PT. Kim Seah Shipyard Indonesia pemasangan interior tersebut meliputi pemasangan insulation, getaran, panas atau di sebut juga peredam pada deck house. Perlindungan panas yang di pasang pada kapal flex 38 ini bernama HI WOOL SLAB dengan ukuran 1m ×  0.5 M × 50 MM thick, peredam ini di lapisi alumunium foil pada setiap sisinya. Hi Wool Slab di pakai untuk menjaga kondisi suhu di dalam ruangan kapal agar tidak cepat terjadi perubahan suhu di dalam ruangan ketika cuaca ekstrim.

C. Instalasi pemasangan perlengkapan kapal

Pemasangan interior kapal meliputi dinding-dinding interior pada kapal, pintu-pintu, pemasangan pemasangan peralatan navigasi, kelengkapan antar ruangan di kapal termasuk ruang kemudi dll.

1. Instalasi Sistem Kelistrikan dan Navigasi
Jaringan listrik dan panel-panelnya mulai dipasang setelah peluncuran kapal dan bertahap mengikuti pemasangan blok rumah kemudi (Wheel House : BN). Instalasi peralatan dan perlengkapan navigasi mengikuti panduan teknisi dari pabrik pembuat / supplier dan dilaksanakan setelah instalasi blok rumah kemudi dan sebagaian interiornya. Penetrasi kabel-kabel yang menembus sekat dibuat rapih dan kedap.

2. Instalasi Peralatan Perlengkapan Geladak
Instalasi-instalasi ini mencakup:
-          Jangkar, rantai, dan tali temali
-          Mesin Jangkar (Hydraulic System)
-          Peralatan tambat
-          Peralatan Kemudi (Hydraulic dan manual untuk emergency)
-          Perlengkapan Komunikasi dan Navigasi GMDSS
-          Perlengkapan Keselamatan

Sekoci Penolong (lifeboat), Rakit Penolong (liferaft), Gelang Pelampung (lifebuoy), Baju Penolong (lifejacket), Peralatan Pelempar Tali Otomatis, Dan Peralatan lain yang memenuhi persyaratan.
-          Perlengkapan Pemadam Kebakaran
-          Instalasi lampu-lampu penerangan di tiap deck dan ruangan
-          Instalasi lampu-lampu navigasi sesuai ketentuan COLREG.

D. Memasang perlindungan api pada ruangan interior kapal

Sistem pemadam kebakaran merupakan sistem yang sangat vital di dalam sebuah kapal, sistem ini berguna untuk menanggulangi bahaya api yang terjadi di kapal. Sistem pemadam kebakaran secara garis besar dapat dibagi menjadi dua di lihat dari peletakan sistem yang ada yaitu :
Sistem penanggulangan kebakaran pasif, sistem ini berupa aturan kelas mengenai penggunaan bahan pada daerah beresiko tinggi terjadi kebakaran dan juga pemasangan instalasi fix pada daerah beresiko kebakaran.

Sistem penanggulangan kebakaran aktif, sistem ini berupa penanggulangan kecelakaan yang bersifat lebih aktif misal, penempatan alat pemadam api ringan pada daerah yang beresiko kebakaran.

Pada dasarnya prinsip pemadaman adalah memutus ”segitiga api” yang terdiri dari panas, oksigen, dan bahan bakar. Sehingga dengan mengetahui hal ini maka dapat dilakukan pemilihan media pemadaman sesuai dengan resiko dan kelas dari kecelakaan tersebut.

Fungsi Sistem Pemadam Kebakaran
Fungsi dari sistem pemadam kebakaran adalah untuk penanganan jika terjadi kebakaran di kapal. Maka peralatan yang digunakan, berasal dari sistem pemadam kebakaran. Oleh karena itu, sistem pemadam kebakaran harus bisa menangani kebakaran di setiap bagian kapal.

E. Penyelesain Interior Kapal
Jadwal pelaksanaannya adalah setelah instalasi saluran kabel (cable tray), perpipaan dan saluran udara (ducting) selesai. Kriteria isolasi sekat-sekat ini mengikuti spesifikasi material dari spesifikasi teknis dan peraturan yang berlaku. Pekerjaan pada tahap ini adalah pemasangan interior tiap ruangan akomodasi, pelapisan dinding (lining & ceilling) dan pelapisan geladak (deck covering) menggunakan material kayu.

Setelah itu lalu memeriksa dan mengecek kunci kunci dan perlengkapan yang ada di kapal flex 38 untuk menyesuaikan jumlah yang ada di list atau daftar dengan kunci aslinya dan di cek penggunaannya agar tidak ada satupun kerusakan ketika kapal di serahkan kepada owner. Dan pemeriksaan perlengkapan kapal yaitu meliputi peta, bendera, mesin cuci, kulkas pendingin makanan, perlengkapan berlayar, perlengkapan keselamatan di kapal dan lain-lain.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

a. Bentuk dasar ruangan yang dikapal secara umum mengikuti lengkungan/ bentuk dari kapal tersebut

b. Tahapan dalam pembangunan interior kapal antara lain adalah :
- Perencanaan pada general arrangement (rencana umum)
- Memasang perlindungan panas (insulation) pada ruangan interior kapal
- Instalasi pemasangan perlengkapan kapal
- Memasang perlindungan api pada ruangan interior kapal
- Penyelesaian interior kapal

B. Saran
Dalam pembangunan sebuah kapal baru perlu di perhatikan dengan teliti dan detail oleh pihak kontraktor dalam proses pembangunannya terutama bagian interior kapal di karenakan pada tahap-tahap pembangunan sangat bergantung pada setiap tahapan proses tersebut agar tidak terjadinya pembongkaran kembali yang mengakibatkan kerugian material, tenaga dan juga waktu.

DAFTAR PUSTAKA

- http://alimsanre.wordpress.com/2010/08/02/37/
- http://navale-engineering.blogspot.com/2012/04/lambung-kapal-hull.html
- http://ninasandyinterior22.blogspot.com/
- http://sbsp.indonetwork.co.id/3202064/cabin-door-pintu-interior-kapal.htm
- http://www.penguin.com.sg/vessel-specs/
- http://tukangbata.blogspot.com/2013/01/pengertian-insulation-atau-insulasi-dan.html
- http://farichaputri1996.wordpress.com/category/teknologi-interior-kapal/